Rabu, 06 Januari 2010

Menghitung Detik

Aku muncul pertama kali di dunia pada hari kamis, 24 Agustus 1989. Hari yang berbahagia bagi Bangsa Indonesia. Karena pada hari itu, mereka mendapatkan hiburan baru, televisi swasta pertama di Indonesia mengudara untuk pertama kalinya, RCTI namanya. Hari itu juga merupakan hari yang bersejarah bagi rakyat Palestina. Karena pada tanggal yang sama, Presiden karismatik mereka, Yasser Arafat dilahirkan di Iraq. Aku tidak pernah merencanakan kemunculanku pada hari itu. Aku juga tidak tahu, bagaimana cerita dibalik kelahiranku. Ibuku suatu hari bercerita, tentang hari bersejarah itu. Kami tinggal di Kampung Utan ketika itu. Daerah perkampungan tepat di belakang Kampus UIN Jakarta. Ibuku sedang hamil tua. kira-kira pukul 4 pagi, ibu merasa bahwa bayi yang dikandungnya akan segera keluar. Bapak pun dibangunkannya. tak lama kemudian, Bapak membawa ibuku ke bidan dekat rumahku. Ibuku pun mulai diarahkan, dan dengan sekuat tenaga berusaha mengeluarkan bayi yang dikandungnya. Ibuku bekerja keras, keringat mengucur di tubuhnya. Tapi si bayi yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung keluar. Dia tetap tidak mau keluar. Malam mulai berakhir, hari mulai terang. Ibuku yang sudah tidak kuat pun sudah pasrah. Ibuku sudah tidak punya tenaga lagi, "aduh, udah nggak kuat lagi, kalau memang hidup saya harus berakhir di sini, ya sudahlah. Saya ikhlas". Mungkin ini yang ditunggu oleh Allah, karena tidak lama setelah itu ibuku merasa ada yang aneh, ada suatu kekuatan yang mendorong bayi gemuknya itu keluar. "OEEEEEEEEE...". Alhamdulillah, sekitar pukul 6 pagi aku lahir. Aku terlahir dengan badan yang cukup besar, 4 kg. Kulitku pun gelap. Berbeda dengan saudara-saudaraku yang lain. Di Kampung Utan. Itulah sejarah kelahiranku. Sejarah yang membuatku yakin bahwa aku bukan orang biasa. Sejarah yang membuatku menganggap diriku sebagai Putra Sang Fajar. Karena kami orang jawa percaya, bahwa orang yang lahirnya bertepatan dengan terbitnya sang fajar, maka dia bukan orang sembarangan. orang yang sudah ditunggu-tunggu kelahirannya,orang yang sudah digariskan jalan hidupnya. Orang yang nantinya akan menjadi penentu dalam sejarah.
Itu sejarah kelahiranku. Hari-hari telah berlalu begitu cepat. Aku telah berkelana ke sana kemari. Untuk mencari taqdirku. Aku telah melewati banyak kota, mengunjungi banyak tempat, dan bertemu banyak orang. 20 tahun sudah aku hidup. Aku mengukur diriku. Membandingkan diriku dengan tokoh-tokoh dunia. Pada umur 20 tahun Rasulullah Sholawatullah 'alaih sudah melakukan perjalanan dagang ke banyak negara. Beliau sudah menjadi pedagang yang terkenal kejujurannya. Pada umur 20 tahun Sukarno sudah menulis lebih dari 500 artikel politik dan bahkan memantapkan pemikirannya untuk menyatukan indonesia. Sukarno bahkan sudah berniat untuk mengabdikan hidupnya untuk Indonesia sejak umur 17 tahun. Bill Gates juga sudah mulai mantap dengan komputernya. Jangankan 20 tahun, bahkan umur 10 tahun pun Prof. DR. Yusuf Qordhowi sudah hafal qur'an.
Setiap detik adalah nikmat. Setiap detik adalah amanat yang nantinya harus kita pertanggungjawabkan. Dan setiap detik adalah kesempatan yang tidak akan terulang untuk kedua kalinya. Maka setiap detik kita harus kita syukuri. Setiap detik harus kita manfaatkan dengan secerdas mungkin. Orang-orang yang telah lalu yang berhasil mencetak sejarah dalam perjalanan peradaban manusia adalah orang-orang yang mensyukuri dan memanfaatkan setiap detik yang dikaruniakan Allah. Aku percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Semua akan menjadi mudah kalau kita mau berkorban, kalau kita mau sadar, dan kalau kita optimis. Aku punya cita-cita menjadi seorang yang hafal qur'an. Itu saja. Itu saja yang aku ingin capai untuk tahun ini. Terserah dunia mau kebakaran, terserah. Yang penting setiap detik kita syukuri, sampai mati.

Leia Mais